Sejumlah industri menyatakan kesanggupan untuk menyerap lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) yang siap pakai sebagai tenaga kerja yang terlatih. Dengan peningkatan mutu kurikulum, lulusan SMK diharapkan memenuhi standar tenaga kerja industri. Alhasil industri pun berjanji menyerap lulusan SMK yang sudah siap pakai.
“Dengan kurikulum baru, mereka belajar mengenai produk dulu. Jika ada kerusakan, mereka bisa memperbaiki. Jadi mereka bukan hanya mempelajari teori saja, tapi juga praktik. Tapi syarat untuk bisa bekerja di Samsung adalah sikap mental yang penting, disiplin. Lalu ada sertifikasi dari SMK, itu bisa bantu juga,” kata KangHyun Lee, Vice President Corporate Affairs, PT Samsung Electronics Indonesia di Seminar Nasional Revitalisasi SMK untuk Produktivitas dan Daya Saing Bangsa di Surabaya, Selasa (29/8).
Samsung Electronics Indonesia, didukung oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur dan institusi pendidikan formal, meresmikan program Samsung Tech Institute (STI) di 20 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jawa Timur. SMK tersebut adalah SMK Al Huda Kediri, SMK Islam 1 Blitar, SMK Ma’arif Batu, SMK PGRI 1 Pasuruan, SMK PGRI 1 Nganjuk, SMK Taruna Balen Bojonegoro, SMK Turen Malang, SMK Muhammadiyah 1 Nganjuk, SMK Muhammadiyah 1 Surabaya, SMK Muhmmadiyah 2 Genteng Banyuwangi, SMK Muhammadiyah 5 Babat Lamongan, SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi Malang, SMK Negeri 1 Gempol Pasuruan, SMK 2 Negeri Malang, SMK Negeri 1 Geger Madiun, SMK Walisongo 2 Gempol, SMK Negeri 1 Bandung Tulungagung, SMK Negeri 1 Bendo Magetan, SMK BP Subulul Huda Madiun, dan SMK Negeri 1 Wonosari Madiun.
Program STI memberikan pelatihan dasar elektronika, yang bertujuan untuk memperkaya kurikulum di SMK demi menciptakan lulusan yang semakin berkualitas yang dapat diserap langsung oleh industri. Program ini selaras dan mendukung upaya pemerintah dalam merealisasikan Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2016 tentang revitalisasi SMK serta program Kemenperin, Pendidikan Vokasi Industri.
“Program kerja sama ini harus dilaksanakan dengan tepat sasaran, dan bagi SMK yang mengikuti program ini diharapkan dapat menjaga kepercayaan dan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Banyak SMK lain yang juga menginginkan program seperti ini. Kelak program ini dapat berdampak positif dan dilaksanakan secara berkesinambungan, tidak hanya di Jatim, tapi juga seluruh Indonesia,” tambah Dirjen Industri Kecil Menengah Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih STeks MA.
Tambahan Pendidikan
Hal senada juga disampaikan Manajer Komunikasi Hukum dan Adminitrasi PLN Distribusi Jatim Wisnu Yulianto. Dikatakan, saat ini, PLN mempunyai sejumlah pilot project untuk mensikronisasi antara ketersediaan lulusan SMK dan kebutuhan tenaga kerja. Pasalnya lulusan SMK yang dapat bekerja di PLN dulu butuh waktu lima tahun. Setelah sekolah selama tiga tahun, mereka harus mendapat tambahan pendidikan selama dua tahun lagi.
“Dengan proyek 35.000 megawatt, kami tidak punya waktu lagi. Tahun 2019, semua pembangkit harus beroperasi dan semua tenaga kerja harus siap pakai. Oleh karena itu, kurikulum yang dua tahun itu, kami injeksi ke SMK sedemikian rupa. Kelas satu belajar teori, kelas dua belajar materi PLN, dan kelas tiga magang di tempat kami. Ketika lulus mereka pegang tiga sertifikat, ijazah SMK, sertifikasi kompetensi, dan sertfikat magang,” tambahnya.
Lebih jauh, Kepala Sekolah SMKN 1 Wonosari Kabupaten Madiun Jawa Timur, Puji Rahayu SPd mengatakan pihak sekolah telah menjalin kerja sama dengan Samsung Electronics Indonesia lewat program tanggung jawab sosial perusahaan. Dari 20 SMK yang mengikuti program STI, hanya SMK Negeri 1 Wonosari Madiun, yang mendapatkan dukungan penuh Samsung, termasuk kurikulum ponsel, perbaikan audio video dan home appliances seperti TV, kulkas, AC dan mesin cuci. Sementara 19 SMK lain hanya mendapat kurikulum perbaikan ponsel.
“Menurut saya, kunci lulusan SMK yang baik adalah kualitas bengkel kerja, peralatan, dan keterampilan. Di luar negeri, SMK disokong penuh industri. Jadi kalua kualitas SMMK bagus, yang untung kan industrinya. Jika Inka saya bisa membina 10 sekolah, lalu Samsung bina 20 sekolah, ini bisa memicu booming di mana-mana. Industri juga harus terlibat, sehingga lulusan SMK tidak usah dilatih terlalu lama, karena sudah siap kerja,” papar Puji.[U-5]